Danto, DPA, Reuters
Awas, Pencuri Marak di Ruang Ganti Pemain
LONDON. Glamornya Turnamen Grand Slam ternyata menjadi daya tarik sendiri bagi pencuri. Sudah bukan rahasia jika turnamen ini berkelas. Hadiah totalnya saja mencapai US$ 22,572 juta atau sekitar Rp 203,14 miliar. Seluruh petenis putra dan putri terbaik di dunia tumplek blek di sana.
Satu kebiasaan petenis top dunia adalah rada acuh pada properti pribadi yang berharga, seperti dompet, telepon genggam, dan lain-lain. Di Wimbledon, kebiasaan itu terbawa dan sangat dimanfaatkan oleh si tangan panjang yang jahil itu.
Panitia turnamen Wimbledon terpaksa melipatgandakan tenaga pengamanan di sekitar turnamen, terutama di ruang ganti pemain, menyusul terjadinya serangkaian pencurian atas properti mereka. Media setempat melaporkan hal tersebut.
Petenis asal Denmark Kenneth Carlsen harus gigit jari lantaran kehilangan jam tangan kesayangannya. Carlsen menyimpan arloji Rolex-nya di ruang ganti pemain, saat melakoni partai kualifikasi.
Nasib serupa juga dialami Nicolas Mahut. Petenis Prancis itu kehilangan perangkat pemutar musik digital atau iPod. Petenis Inggris Jamie Murray juga mengalami nasib tercengang saat kembali ke ruang ganti sejumlah uang tunai dan telepon genggam miliknya sudah hilang.
Maraknya pencurian itu sempat dibicarakan dalam pertemuan tahunan pemain akhir pekan lalu bersamaan dengan partai kualifikasi Wimbledon. Peristiwa seperti ini bukan kali ini saja terjadi. Di pertandingan tahun-tahun sebelumnya juga insiden itu terjadi. Yang paling parah memang turnamen tahun ini.
Lantaran itu, "ATP kini tengah mempertimbangkan apakah perlu untuk menempatkan kamera di ruang ganti pemain. Tahun ini, masalah pencurian bertambah parah," kata Jonas Bjorkman, peringkat 35 dunia, yang sudah dua kali menjadi korban pencurian di Wimbledon, termasuk yang terakhir, kemarin.
Akibat pencurian itu, Bjorkman mengklaim kini hanya memegang uang tunai sebesar 20 euro atau sekitar Rp 244.000 di kantongnya. Bjorkman mengaku akan lebih awas terhadap barang-barang miliknya. Agaknya, berkaca dari kejadian ini, petenis top dunia harus membiasakan diri peduli pada properti, agar si tangan panjang tak lagi jahil, terutama turnamen sekelas Wimbledon.
Dipublikasikan di Harian Bisnis dan Investasi KONTAN, 29 Juni 2007
Mengingat Femi
11 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar