Selalu Ada Harapan Esok Pagi

SELAMAT DATANG
DI BLOG KULO

Search

Salam

Sejarah selalu terkendala oleh ruang dan waktu. Masa lalu, bisa ditilik dengan terang benderang di masa kini. Masa depan, hanya diperkirakan tapi tak bisa dipastikan.

Masa lalu, selalu ada distorsi. Sebabnya, tafsir mengambil tempatnya sendiri-sendiri. Karenanya, satu-satunya jalan agar sejarah masa kini tak membelot di masa depan, adalah dengan cara mendokumentasikannya.

Masa kini, di masa depan akan menjadi masa lalu. Dus, rekamlah sejarah yang sedang kau alami sekarang. Sekecil apapun, di masa depan akan sangat berharga. Kita tak pernah tahu, di masa depan yang sekarang kita sebut sebagai kertas atau pulpen, masih disebut sebagai kertas atau pulpen atau tidak. Atau bisa jadi bernama sama, tapi berbeda bentuk.

Mari, sodara-sodara, rekamlah sejarah yang sedang kau jalani.

Salam


Senin, 22 November 2010

Badai Matahari, Kiamat Kecil yang Terus Mengintai

3 komentar


Share

(Bacaan ringan di awal pekan. Sekali-kali nulis yang ringan-ringan.. hehe...)

****

by: Danto

Selama November ini, terjadi beberapa kali ledakan di matahari. Industri telekomunikasi Indonesia harus mewaspadai kerusakan hebat jaringan telekomunikasi mulai Mei 2013.

****
****

Tulisan 1:

Selain ancaman dari dalam perut bumi sendiri, seperti gempa, gunung meletus, dan tsunami, bumi juga terancam badai matahari. Bak gelombang, kabar badai matahari tak henti-hentinya datang.

Para ilmuwan meyakini, puncak kiamat kecil itu terjadi di 2013, bukan 2012 seperti selama ini diberitakan. Saat itu, coronal mass ejection (CME) atau lontaran massa korona matahari meledak. Awan gas meletup dari salah satu titik bintik matahari.

Dampaknya mengerikan: gelombang energi magnetik yang tercipta di atmosfer akan memicu badai radiasi yang menyebabkan lonjakan energi berkekuatan dahsyat. Akibatnya, akan tercipta badai awan yang merusak sistem kehidupan di bumi.


Potensi bencana yang terjadi sekali seabad ini bisa membawa ancaman serius pada sejumlah fasilitas vital: jaringan listrik rusak, sistem komunikasi hancur, pesawat jatuh, dropnya stok pangan dunia, dan porak-porandanya jaringan internet, pun telepon genggam mendadak mati.


Bencana serupa pernah terjadi pada 1859 dan mendatangkan kerusakan dahsyat di Eropa dan Amerika. Saat itu, kawat telegraf terbakar habis. Bahkan, ketika itu diberitakan dua pertiga langit di bumi diselimuti cahaya aurora berwarna merah darah. Mengerikan! Pada 1989, bencana serupa yang berskala kecil sempat mengganggu pembangkit listrik di Quebec, Kanada.

Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, pada 2008 memprediksi badai matahari akan menelan biaya ekonomi US$ 2 triliun di tahun pertama. Pemulihan butuh 10 tahun.

Ini bukan cerita horor. Tanda-tanda aktifnya badai matahari belakangan kerap terjadi. Sepanjang November 2010 saja, sudah terjadi beberapa kali ledakan (erupsi) matahari. Satelit pengintai matahari atau Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) dan pesawat ruang angkasa kembar milik NASA, Solar Terrestrial Relations Observatory/Stereo (STEREO), menangkap letupan matahari itu.

Dalam rekaman SOHO dan STEREO tampak, pada gambar korona, atau cahaya semu di sekitar matahari, ada awan gas meletus keluar dari bintik matahari 1123. Ini adalah salah satu titik di bagian selatan matahari. Ilmuwan NASA mengkategorikan letupan itu bintik surya C-4. Material yang dimuntahkan erupsi itu mengarah lurus ke arah bumi dengan kecepatan nyaris mendekati 500 kilometer per jam.

"Pengamat lintang astronomi harus mewaspadai adanya aurora pada hari-hari tersebut," tulis NASA, dalam keterangannya, Senin (15/11) lalu. Namun, dampaknya tak terlalu besar mengingat skala letupannya masih di level C.

Catatan saja, para astronom mengelompokkan ledakan matahari ke dalam lima kategori, yakni A, B, C, M, dan X. Level A sampai C masih kategori kecil dan dampaknya tidak terlalu besar ke bumi. Pada level M alias Medium, dampaknya bisa mengganggu komunikasi radio dan satelit di bumi. Sedang level X atau eXtrem, bisa berdampak pada putusnya jaringan komunikasi, hingga tumbangnya jaringan listrik, seperti pada peristiwa 1859 silam.

Nah, peristiwa-peristiwa letupan matahari serupa juga muncul dalam pantauan satelit NASA lainnya, GOES. Satelit ini yang dijadikan referensi pemantauan aktivitas matahari oleh Lembaga Nasional Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) Indonesia.

Puncaknya Mei 2013

Menurut Thomas Djamaluddin, Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika LAPAN, selama November ini setidaknya terjadi lebih dari lima kali ledakan. "Yang terbaru terjadi pada Senin, 15 November 2010 pada pukul 13.00 WIB," kata Thomas, kepada saya.

Sebelumnya, terjadi empat kali ledakan matahari pada Rabu, 11 November 2010, masing-masing pada pukul 10.00 WIB dengan level C1, pukul 13.00 level C2, lalu pukul 19.00 skala C1, dan pukul 22.00 WIB level C1. Namun, dampaknya tak terlalu terasa ke bumi.

Menurut Thomas, ledakan-ledakan di matahari terjadi secara berkala. Para ilmuwan baru meneliti hal ini sejak 1725. Sejak saat itu, sudah terjadi 23 kali siklus matahari. Satu siklus rata-rata 11 tahun.

Pada siklus ke-23, letupan terparah terjadi pada 28 Oktober 2003. Ledakan terjadi pada level X7, atau intensitas sangat tinggi. "Dampaknya, beberapa satelit komunikasi hilang," kata Thomas. Fenomena itu juga tampak dari Stasiun pengamatan LAPAN di Tanjungsari, Bandung. "Banyak gangguan komunikasi radio di Indonesia," kata Thomas.

Nah, sejak Januari 2009, letupan matahari itu memasuki siklus ke-24. Puncak maksimum matahari, Mei 2013.

Saat itulah, energi matahari akan mencapai tahap terpanas. Ini ditandai dengan banyaknya bintik matahari (sun spot). Inilah yang banyak diramal akan menjadi kiamat kecil. Selain suhu bumi memanas, jaringan telekomunikasi juga bisa rusak hebat.

"Tapi, yang justru harus diwaspadai adalah periode setelah puncak, yakni mulai 2014. Sebab, pada saat itulah ledakan matahari akan lebih sering terjadi dan bisa mengakibatkan gangguan komunikasi radio," kata Thomas.

Dia menyarankan para pengusaha telekomunikasi Indonesia mewaspadai ini. "Mereka harus mengantisipasinya, agar tidak terjadi kerusakan jaringan telekomunikasi dan listrik yang hebat," kata Thomas. Siap-siap blank spot dan tidak ada hubungan komunikasi!

* Di muat di Harian KONTAN, Rubrik Science, edisi Sabtu, 20 November 2010


Tulisan 2:

BADAI MATAHARI

Siklus Ledakan yang akan Terus Berulan 


Ibarat kehidupan, matahari memiliki pola yang teratur. Pola ini disebut siklus Matahari. Cirinya, ditandai dengan kemunculan bintik (sun spot) di permukaan matahari secara periodik.

Bintik matahari adalah pulau-pulau magnetik di permukaan matahari, dan merupakan sumber dari berbagai aktivitas matahari. Akibat reaksi fusi nuklir dalam dirinya, bintik matahari selalu berubah, dari muncul, membesar, dan akhirnya menghilang.

 Reaksi fusi adalah proses perubahan zat hidrogen menjadi helium pada kadar 600 juta ton. Dari proses fusi itu, terlepas empat juta ton massa setiap saat. Inilah yang menyebabkan matahari terus bersinar setiap saat.

Nah, pada medio 1800-an, Heinrich Schwabe, astronom Jerman, menemukan pola keteraturan kemunculan bintik matahari tersebut. Sejak saat itulah, kita kenal adanya siklus matahari. Siklus matahari terjadi selama 10 hingga 12 tahun, atau rata-rata 11 tahun. Terhitung sejak saat itu, para ilmuwan sepakat, hingga kini sudah berlangsung 23 siklus. Sejak Januari 2009, memasuki siklus ke-24.

Thomas Djamaluddin, Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Lembaga Nasional Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) Indonesia memprediksi puncak siklus ke-24 terjadi pada Mei 2013.

Siklus matahari muncul naik turun. Pada satu waktu tertentu, ada dalam kondisi minimum. Suatu ketika maksimum yang ditandai dengan banyaknya bintik matahari, disertai dengan kejadian-kejadian yang fenomenal, seperti angin matahari, dan erupsi matahari. Nah, erupsi matahari inilah yang kerap disebut sebagai ledakan matahari, yang bisa berdampak besar terhadap kehidupan di bumi.

Erupsi matahari ada dua jenis, yakni flare dan pelontaran massa korona alias Coronal Mass Ejection (CME). Kedua jenis ini merupakan aktivitas pelepasan energi tinggi dan seketika yang tersimpan dalam medan magnetik matahari. Pelepasan ini mengakibatkan ledakan hebat dan berdampak signifikan ke bumi.

Garis-garis medan magnetik matahari muncul dari dalam matahari melalui lengkungan-lengkungan loop pada korona matahari. Dengan berotasinya matahari, loop-loop ini mengalami puntiran, saling bertaut, tertarik, menyimpan sejumlah besar energi.

Ketika tertarik terlalu kuat, loop-loop tersebut seketika saling terlepas, menyesuaikan dirinya lagi, lalu membangkitkan ledakan yang sangat dahsyat. Sebagian energinya dilepaskan sebagai semburan radiasi, yang disebut sebagai flare. Cahaya tampak dan ultraviolet flare yang dalam delapan menit sampai ke bumi. Dampaknya, terlukanya astronot yang tanpa pelindung, satelit dan jaringan komunikasi rusak, hingga suhu bumi memanas.


Tulisan 3:

ENERGI MATAHARI

Ketika Matahari Kelak Padam


Matahari adalah bola gas raksasa berisi helium dan hidrogen. Para ilmuwan meyakini, material matahari terbentuk dari ledakan bintang generasi pertama pada 4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan massa matahari 1,41 berbanding massa air. Jarak matahari ke bumi sekitar 148 juta kilometer.

Sumber energi matahari berasal dari reaksi thermonuklir. Walhasil, energinya akan terus berkurang, dan pada akhirnya habis. Saat itulah, matahari akan padam. Dan, ini adalah kematian semua makhluk hidup di bumi.

Kapan ini terjadi? Fisikawan Amerika kelahiran Jerman, Hans Bethe, memperkirakan, reaksi thermonuklir di matahari kemungkinan masih akan bertahan dalam 10 miliar tahun lagi. Di perjalanan menuju titik nadirnya, matahari akan terus melepas hidrogen, termasuk ke bumi. Akibatnya, suhu bumi akan terus memanas hingga oksigen menipis, dan air tak tersisa. Kehidupan pun akan sirna. Pada saat matahari kehabisan hidrogen, maka reaksi thermonuklir benar-benar berhenti, dan matahari pun mati.

Read More......
Copyright 2009 | Bunga Padang Ilalang Theme by Cah Kangkung | supported by Blogger