Saling Jegal di Arena GSM
Operator seluler kian gencar beradu strategi untuk menggaet pelanggan baru
JAKARTA. Last man standing. Siapa bertahan, dia yang memenangi pertempuran. Seperti itulah kira-kira persaingan dunia bisnis telekomunikasi ke depan. Saling hadang, saling bunuh.
Kini, tanda-tanda itu sudah terasa. Yang paling kentara adalah perang tarif di teknologi telekomunikasi berbasis global system for mobile communications (GSM), yang kian terpengaruh oleh si pendatang baru berbasis layanan code division multiple access (CDMA).
Dari tujuh operator kini, hampir setiap saat mengeluarkan jurus jitu dengan cara berpromosi tarif semurah-murahnya. Yang terbaru adalah PT Telkomsel Tbk, yang meluncurkan kartu perdana Simpati Pede dengan tarif promo Rp 0,5 per detik, dua hari lalu.
Yang menarik, Telkomsel memangkas tarif Simpati tak lama setelah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mewajibkan perusahaan tersebut menurunkan tarif hingga 15%.
Namun, Telkomsel membantah penu-runan itu terkait dengan vonis KPPU. "Ini tidak ada kaitannya dengan KPPU. Kami semata ingin memberi pilihan layanan ke pelanggan," kata Suryo Hadiyanto, juru bicara Telkomsel. Total pelanggan Telkomsel kini 46 juta, 23 juta di antaranya adalah pengguna kartu Simpati.
Telkomsel juga mengalokasikan anggaran 15% dari belanja modal Rp 15 triliun pada 2008 untuk mendukung inovasi dan layanan nilai tambah (value added services) produk Telkomsel. Adapun 85% dari belanja modal diperuntukkan bagi infrastruktur seperti pembangunan menara base transceiver station (BTS).
Siasat terbaru Telkomsel tersebut sejatinya merupakan reaksi dari operator-operator lain yang telah menggelar promosi terlebih dulu. Sebut misalnya promosi bagi pengguna Xplor Classic dari PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL), program Rp 0 alias Freetalk Rp 5.000 dari PT Indosat Tbk, dan program Rp 1 per menit dari Hutchinson, operator 3.
Bahaya bagi pendatang baru
"Kami yakin dengan harga yang kami tawarkan. Buktinya, program seperti ini juga dilakukan operator lain,” kata Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi.
“Ada aksi, pasti ada reaksi,” kata pengamat telekomunikasi Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Satu strategi dari satu operator, pasti akan selalu diikuti operator lainnya. Nah, persaingan ini yang bisa berdampak buruk bagi pendatang baru. “Jika dia banting harga, dan sampai akhir target pelanggan tak juga bertambah, dia akan terus merugi,” kata Mas Wigrantoro. Ujungnya bisa sangat berpengaruh pada kinerja. Pahitnya, bisa jadi pecundang sebelum menang. Memang, tarif hanyalah satu komponen dari variabel lainnya, termasuk coverage.
Agaknya pertempuran bakal awet. Hasnul bilang, XL tetap mempertahankan strategi saat ini untuk menggaet dan mempertahankan pelanggan.
Danto, Sandy Baskoro
Harian Bisnis dan Investasi KONTAN, 12 Desember 2007
Mengingat Femi
10 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar