Selalu Ada Harapan Esok Pagi

SELAMAT DATANG
DI BLOG KULO

Search

Salam

Sejarah selalu terkendala oleh ruang dan waktu. Masa lalu, bisa ditilik dengan terang benderang di masa kini. Masa depan, hanya diperkirakan tapi tak bisa dipastikan.

Masa lalu, selalu ada distorsi. Sebabnya, tafsir mengambil tempatnya sendiri-sendiri. Karenanya, satu-satunya jalan agar sejarah masa kini tak membelot di masa depan, adalah dengan cara mendokumentasikannya.

Masa kini, di masa depan akan menjadi masa lalu. Dus, rekamlah sejarah yang sedang kau alami sekarang. Sekecil apapun, di masa depan akan sangat berharga. Kita tak pernah tahu, di masa depan yang sekarang kita sebut sebagai kertas atau pulpen, masih disebut sebagai kertas atau pulpen atau tidak. Atau bisa jadi bernama sama, tapi berbeda bentuk.

Mari, sodara-sodara, rekamlah sejarah yang sedang kau jalani.

Salam


Jumat, 16 Mei 2008

Peluang Bisnis

Danto

Menguyah Laba dari Bandeng Tak Bertulang

Menakar peluang bisnis bandeng tanpa duri

JAKARTA. Anda pernah makan bandeng tanpa duri alias tandu? Yang pasti daging terasa empuk, karena duri dalam bandeng tandu yang berjumlah 164 helai, sudah diseset alias dibuang. Rasanya yang enak dan empuk, membuat permintaan bandeng tanpa duri ini tinggi. Bandeng jenis ini juga laku di rumah makan-rumah makan. Peluang ekspornya juga terbuka lebar.

Bandeng alias milk fish sejatinya merupakan salah satu ikan air payau. Ikan jenis ini banyak dibudidayakan petambak di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Berbeda dengan bandeng presto dan bandeng asap yang diproses menggunakan pemanasan dan tekanan tinggi, bandeng tandu diproses hanya dengan mencabut duri dalam daging bandeng dengan menggunakan pinset.

Inilah yang membuat bandeng ini terasa empuk dan nikmat. Juga bergizi tinggi karena alami.
Syafiudin Mohamad, 37 tahun, sudah merasakan betapa nikmatnya rezeki dari ikan dengan nama latin Chanos chanos ini. Bersama kelompok petambak di Kedungcangkring, Sidoarjo, Jawa Timur, Syafiudin telah 12 tahun menggeluti budidaya bandeng. Mereka kini mengelola 40 hektar tambak.

Dari total tambak itu, sekali panen dalam satu hektar bisa menghasilkan uang sebesar Rp 4,3 juta. Dalam 40 hektar tambak, total duit yang diraup mencapai Rp 172 juta.

Begini. Dalam satu hektar tambak, biasanya ditanami 2.000 benih bandeng alias nener. Satu siklus panen berlangsung sekitar empat hingga lima bulan. Setelah melewati masa itu, nener berkembang. Otomatis berat badannya bertambah. Dari semula nener yang cilik itu, berat bandeng bisa mencapai 400 gram per ekor pada saat panen.

Dalam satu kali siklus, dari 2.000 benih bandeng yang ditanam, kemungkinan gagal alias yang mati sebesar 10% atau sebanyak 200 ekor. Artinya dalam sekali panen si petambak memanen tak kurang dari 1.800 ekor bandeng.

Di tingkat petambak, harga bandeng panen biasa alias belum yang masih memiliki duri bisa mencapai Rp 6.000 per kilogram. Jika ditotal, hasil sekali panen sebesar Rp 4,3 juta per hektar.

Jumlah ini berasal dari 1.800 bandeng dikali harga Rp 6.000 dikali 400 gram, hasilnya Rp 4,32 miliar. Karena hitungan harganya per kilogram, maka Rp 4,32 miliar itu dibagi 1.000 (1 kg = 1.000 gram), hasilnya Rp 4,32 juta. Maka, dalam waktu lima bulan si petambak bisa menghasilkan uang sebesar Rp 4,32 juta dalam setiap hektar tambak.

Hanya modal pinset

Itu adalah hasil panen bandeng biasa. Jika durinya sudah dibuang alias dibuat bandeng tanpa duri, harga per kilogram mencapai dua kali lipat atau mencapai Rp 8,6 juta per hektar. “Padahal ongkosnya tak mahal,” kata Syafiudin, Senin (1/10/07).

Untuk menghasilkan bandeng tanpa duri, memang butuh kerja tambahan. Agak ribet karena membutuhkan agak banyak tenaga. Untuk menyeset duri, bisa membayar tenaga borongan. Selebihnya, "Cuma butuh pinset saja,” katanya. "Jangan lupa cara membelah bandengnya dari punggung hingga tembus ke bibir ikannya."

Untuk mengawali usaha ini, siapkan lahan tambak. Jumlahnya tergantung kemampuan. Makin luas makin baik. Tanamlah tambak itu dengan 2.000 nener per hektar. Benih bandeng ini bisa didapatkan di petambak bandeng. Atau jika kesulitan, Syafiudin mengaku siap memasok benihnya. Harga nener hanya Rp 60 per ekor. Dengan 2.000 ekor, artinya modal awal hanya Rp 120.000 per hektar.

Agar nener cepat berkembang, alirkan air baru ke tambak secukupnya setiap dua minggu sekali. “Itu untuk menjaga sirkulasi udara dalam tambak,” kata Syafiudin. Karena bandeng termasuk ikan yang bisa memakan tumbuh-tumbuhan tambak, maka petambak tinggal memancing tumbuhan itu tumbuh.

“Caranya dengan menaburkan urea ke tambak. Dalam satu siklus, jumlahnya tak lebih dari lima kilogram per hektar,” kata Syafiudin.

Saat memanen, usahakan bandeng tandu itu langsung dimatikan. “Ini untuk menjaga agar tak ada infeksi pada bandeng itu,” kata Syafiudin. Bandeng pun siap dibuang durinya dengan pinset.

Setelah selesai, bandeng tanpa duri ini siap dipasok. Di pasar domestik, bandeng minus duri laku dijual ke rumahan atau rumah makan. “Saya baru memasok untuk kawasan Surabaya, Banyuwangi, Mojokerto, dan sekitarnya,” kata Syafiudin.

Harian Bisnis dan Investasi KONTAN, 10 Oktober 2007

0 komentar:

Copyright 2009 | Bunga Padang Ilalang Theme by Cah Kangkung | supported by Blogger