Selalu Ada Harapan Esok Pagi

SELAMAT DATANG
DI BLOG KULO

Search

Salam

Sejarah selalu terkendala oleh ruang dan waktu. Masa lalu, bisa ditilik dengan terang benderang di masa kini. Masa depan, hanya diperkirakan tapi tak bisa dipastikan.

Masa lalu, selalu ada distorsi. Sebabnya, tafsir mengambil tempatnya sendiri-sendiri. Karenanya, satu-satunya jalan agar sejarah masa kini tak membelot di masa depan, adalah dengan cara mendokumentasikannya.

Masa kini, di masa depan akan menjadi masa lalu. Dus, rekamlah sejarah yang sedang kau alami sekarang. Sekecil apapun, di masa depan akan sangat berharga. Kita tak pernah tahu, di masa depan yang sekarang kita sebut sebagai kertas atau pulpen, masih disebut sebagai kertas atau pulpen atau tidak. Atau bisa jadi bernama sama, tapi berbeda bentuk.

Mari, sodara-sodara, rekamlah sejarah yang sedang kau jalani.

Salam


Sabtu, 26 Februari 2011

"Surga Emas di Nusa Tenggara"


****
Susah-susah gampang untuk mencapai lokasi tambang Newmont Nusa Tenggara (NNT). Lokasi Tambang Batu Hijau terletak di sebelah barat daya pulau Sumbawa. Persisnya di Kecamatan Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Dari Mataram, jarak Batu Hijau sejauh 81 kilometer. Untuk mencapainya, butuh sedikit perjuangan: bisa dicapai dengan menggunakan pesawat ampibi (seaplane) perusahaan, atau menggunakan transportasi laut berupa ferry umum dari pelabuhan Kayangan di Pulau Lombok.

Siapa sangka, jarak nun jauh di ujung nusa, tersimpan sumber kekayaan melimpah. Cadangan emas di area tambang Batu Hijau milik NNT terbesar di Indonesia. Dibanding dengan cadangan emas Gunung Grassberg, Papua milik Freeport McMoran yang mencapai 76 juta ounce, tambang Batu Hijau milik NNT memiliki kandungan 6,9 miliar ounce emas. Cadangan ini diperkirakan bisa bertahan hingga 2027.

Meski Kontrak Karya sudah diteken pada 2 Desember 1986, tapi PT NNT baru menemukan cebakan tembaga porfiri pada 1990, yang kemudian diberi nama Batu Hijau. Setelah penemuan tersebut, dilakukanlah pengkajian teknis dan lingkungan selama enam tahun. Dengan menggelontorkan investasi US$ 1,8 Miliar, proyek tambang Batu Hijau mulai beroperasi secara penuh pada Maret 2000.

Batu Hijau merupakan cebakan tembaga porfiri dengan sedikit kandungan emas dan perak. Logam berharga tidak secara langsung dapat diperoleh karena bercampur dengan mineral lain yang tidak memiliki nilai ekonomis. Kadar cebakan porfiri di Batu Hijau terbilang rendah. Di Batu Hijau, setiap ton bijih yang diolah hanya menghasilkan 4,87 kilogram tembaga. Sedangkan rata-rata hasil perolehan emas jauh lebih sedikit, yaitu hanya 0,37 gram dari setiap ton bijih yang diolah.

Tambang Batu Hijau adalah operasi tambang terbuka. Semua mineral berharga seperti tembaga, emas dan perak, ditambang dari permukaan tanah dengan menggunakan pelbagai peralatan tambang seperti alat muat (shovel) dan truk pengangkut.

Proses penambangan di Batu Hijau terbilang sederhana. Diawali kegiatan pengeboran dan peledakan untuk memudahkan pengambilan bijih. Dengan peledakan, batuan terlepas dari tanah dengan diameter rata-rata 25 centimeter (cm). Dengan menggunakan beberapa shovel berukuran besar, batuan dimuat ke dalam truk berkapasitas maksimal 240 ton. Selanjutnya diangkut menuju ke dua buah crusher (mesin penghancur).

Di crusher, ukuran bijih batuan diperkecil hingga berdiameter rata-rata kurang dari 15 cm. Bijih kemudian diangkut ke pabrik pemrosesan mineral, sedangkan batuan berkadar lebih rendah diangkut ke tempat penampungan, untuk menunggu giliran pemrosesan pada waktu mendatang.

Dari crusher, bijih batuan diangkut dengan ban berjalan sepanjang enam kilometer ke pabrik pengolahan, yang disebut konsentrator. Di konsentrator, mineral berharga dipisahkan dari batuan pembawa melalui proses penggerusan dan flotasi. Bijih batuan, setelah dicampur dengan air laut, kemudian digerus menggunakan dua penggerus yang disebut Semi Autogenous (SAG) mill dan empat buah ball mill. Setelah keluar dari ball mill, partikel halus yang terkandung dalam slurry kemudian dipompa ke separangkat tangki cyclone untuk pemisahan akhir partikel bijih.

Bubur bijih halus dari tangki cyclone selanjutnya dialirkan ke sejumlah tangki untuk diambil kandungan mineral berharganya. Tangki ini disebut sel flotasi. Proses flotasi ini tidak menggunakan bahan kimia secara berlebihan sehingga aman dan membantu meminimalkan dampak lingkungan. Secara fisika, proses ini memisahkan mineral berharga dari batuan pembawa dengan menggunakan gelembung udara dan reagent dalam jumlah kecil.

Terdapat dua jenis reagent yang ditambahkan dalam proses flotasi di tangki. Jenis pertama akan mengikat mineral berharga, sedangkan jenis kedua berfungsi untuk menstabilkan gelembung yang terbentuk oleh proses pengadukan.

Saat gelembung udara naik, mineral berharga atau konsentrat akan ikut terangkat ke permukaan. Lapisan gelembung ini diselimuti oleh mineral berharga yang berbentuk seperti pasir. Lapisan yang terapung di permukaan sel flotasi inilah yang disebut konsentrat.

Dari sel flotasi, konsentrat dikirim ke tangki penghilangan kadar garam yang disebut CCD (counter-current decantation). Di dalam tangki ini air laut dibuang dan konsentrat dikentalkan dengan cara mengalirkan air tawar secara berlawanan arah. Air tawar menggantikan air laut dan konsentrat mengendap di dasar tangki.

Konsentrat kemudian mengalir melalui pipa sepanjang 17,6 km menuju ke fasilitas filtrasi atau penyaringan di Benete. Konsentrat cair ini ditampung dalam tangki besar dan diaduk terus menerus untuk menghindari terjadinya pengendapan. Konsentrat kemudian disaring, untuk membuang kandungan air dalam konsentrat sampai dengan 91%, menggunakan udara bertekanan.

Setelah proses penyaringan, konsentrat akan berupa bubuk batuan halus atau pasir dan disimpan dalam gudang untuk menunggu pengapalan. Pemuatan konsentrat ke kapal menggunakan fasilitas ban berjalan. Konsentrat akhirnya dikapalkan ke sejumlah pabrik peleburan dalam negeri yakni ke PT Smelting di Gresik, Jawa Timur maupun ke luar negeri seperti Jepang, Korea Selatan, India, Eropa, untuk menjalani proses pemisahan dan pengambilan logam berharga, yaitu tembaga, emas dan perak.

Dari sanalah mengalir pundi-pundi kekayaan. Dalam situs resmi PT Newmont Nusa Tenggara, mereka mengklaim sejak 1997 hingga 2009, telah membayar pajak, royalti, dan non-pajak sebesar lebih dari Rp 15 triliun. Penerimaan inilah yang dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan kabupaten bagi pembangunan Indonesia. ****

Sumber: PT Newmont Nusa Tenggara dan riset dari berbagai sumber

0 komentar:

Copyright 2009 | Bunga Padang Ilalang Theme by Cah Kangkung | supported by Blogger