Selalu Ada Harapan Esok Pagi

SELAMAT DATANG
DI BLOG KULO

Search

Salam

Sejarah selalu terkendala oleh ruang dan waktu. Masa lalu, bisa ditilik dengan terang benderang di masa kini. Masa depan, hanya diperkirakan tapi tak bisa dipastikan.

Masa lalu, selalu ada distorsi. Sebabnya, tafsir mengambil tempatnya sendiri-sendiri. Karenanya, satu-satunya jalan agar sejarah masa kini tak membelot di masa depan, adalah dengan cara mendokumentasikannya.

Masa kini, di masa depan akan menjadi masa lalu. Dus, rekamlah sejarah yang sedang kau alami sekarang. Sekecil apapun, di masa depan akan sangat berharga. Kita tak pernah tahu, di masa depan yang sekarang kita sebut sebagai kertas atau pulpen, masih disebut sebagai kertas atau pulpen atau tidak. Atau bisa jadi bernama sama, tapi berbeda bentuk.

Mari, sodara-sodara, rekamlah sejarah yang sedang kau jalani.

Salam


Jumat, 06 Juni 2008

Yang ini Iseng-Iseng Saja

Subprime Mortgage dan Kontradiksi Kapitalisme

Danto

Betapa hebatnya sebuah kekuatan modal, kini. Sistem modal alias kapitalisme ini yang sekarang menjerat kita. Siapa pun, dimana pun, dan kapan pun. Tengok saja, betapa krisis kredit perumahan kelas coro atawa subprime mortgage di Amerika Serikat sono, ikut menjerat petani cilik yang bahkan tak mengerti arti kata saham dan bursa.

Cuma, sejatinya pembahasan soal kapitalisme secara teoritis tetap saja hangat. Pertentangan sistem kapitalisme hingga kini masih jadi bahasan menarik. Terutama karena kita berhubungan langsung dengan sistem modal itu. Tesis Francis Fukuyama soal berakhirnya sejarah manusia (The End of Hostory) masih jadi bahan referensi kajian kapitalisme sampai sekarang. Tak bisa dinafikan, inilah mainstream pemikiran jaman kiwari.

Pasca runtuhnya Uni Soviet, hampir semua pemimpin besar negara-negara di dunia berkiblat pada sistem kapitalisme ini. Semua.

Efek domino krisis kredit kepemilikan rumah (KPR) kelas coro atawa biasa disebut subprime mortgage di Amerika Serikat (AS) pertengahan tahun lalu, kian kentara kini. Peristiwa ini kian menjelaskan dengan gamblang, betapa kekuatan modal menjebak siapa saja. Kapan pun. Dimana pun.

Gonjang-ganjing jagat investasi dunia makin terasa akibat kredit macet kelas kambing itu. Harga obligasi anjlok, harga saham di lantai bursa pada ngesot. Satu per satu korban berjatuhan. Mulai dari perusahaan pembiayaan, hedge fund, hingga bank.

Di Amerika Serikat sendiri, krisis kredit kelas coro itu juga tak pelak menimpa bank-bank beraset terbesar di sana, yakni Citigroup Inc. dan Merrill Lynch & Co. Aset Citigroup, misalnya, diperkirakan menyusut hingga US$ 16 miliar pada kuartal keempat 2007. Harga saham Citigroup juga longsor hingga US$ 1,43 per saham pada kuartal keempat 2007.

Sejak krisis subprime merebak Agustus 2007 lalu, sejumlah institusi keuangan telah mengumumkan penyusutan dan kerugian yang nilainya sekitar US$ 100 miliar. Itu belum menghitung kerugian total dari seluruh lembaga keuangan.

Bandingkan dengan perhitungan International Monetary Fund (IMF). Menurut IMF, hingga akhir April 2008 lalu, kerugian akibat krisis perumahan kelas kambing tersebut, yang menimpa sejumlah institusi keuangan global, sungguh dahsyat: mencapai US$ 948 miliar. Atau Rp 8.816,400 triliun. Atau hampir sembilan kali lipat total belanja dalam APBN 2008 Indonesia. Hanya dalam setengah tahun, dana super jumbo itu menguap. Wuzzz!!! Wuzzz!!! Wuzzz!!!

Tak hanya perusahaan AS, virus subprime mortgage juga menyebar ke Australia dan Eropa. Beberapa korbannya, sudah jatuh. Sebut saja bank terbesar di Australia, Macquarie Bank, dan sebuah bank terbesar di Prancis, BNP Paribas.

Krisis global sudah membayang. AS diambang resesi. Juga dunia. Mulai dari Inggris, Spanyol, dan Singapura, yang menyumbang 12% bagi ekonomi dunia. Bahkan, China akan ikut menderita karena bergantung pada ekspor ke Amerika Serikat. Ujungnya, pertumbuhan ekonomi dunia melambat hingga mendekati 3%, dari 4,7% di tahun 2007 lalu.

Resesi dunia di depan mata. Jepang malah sudah terang-terangan mengalaminya kini. Laporan riset Goldman Sachs Group Inc. yang dirilis akhir Januari 2008 ini menyebut, resesi sudah mulai terasa di Negeri Matahari Terbit itu.

Dalam lima bulan sejak Juni 2007, angka pembangunan rumah baru di Jepang terus melorot. Bloomberg mencatat, pertumbuhan ekspor Jepang dalam tiga bulan hingga akhir Desember 2007, merupakan pertumbuhan terendah sejak 2005. Jelas, menurut Goldman, perlambatan ekonomi Jepang ini merupakan terburuk dalam 40 tahun terakhir.

Kondisi ini akan memaksa bank sentral Jepang menurunkan bunga patokannya yang kini tinggal 0,5% saja. Sebagai catatan, Jepang pernah mengalami resesi ekonomi tiga kali. Resesi pertama berlangsung 32 bulan, yaitu Maret 1991 hingga Oktober 1993. Resesi kedua terjadi 20 bulan, yaitu sejak Maret 1991 hingga Oktober 1993. Adapun resesi ketiga berlangsung 14 bulan sejak Desember 2000.

Ujungnya, ya, itu tadi, pertumbuhan ekonomi dunia melambat hingga mendekati 3%, dari 4,7% di tahun 2007 lalu. "Pada suatu titik, beberapa bentuk resesi ekonomi tak bisa dihindari lagi," kata Alan Greenspan, Mantan bos The Federal Reserve dalam sebuah pidato.

Para ekonom di International Monetary Fund (IMF) membuat patokan bahwa ekonomi dunia akan memasuki masa resesi jika pertumbuhannya melambat hingga tinggal 3% atau kurang. Nah sejak 1985, ada tiga periode yang memenuhi kriteria itu, yakni: 1990-1993, 1998, dan 2001-2002. "Masalahnya, pertumbuhan ekonomi di semester I 2008 akan mencapai titik terendah sejak 2002, atau bahkan 2001," imbuh Jim O' Neill, Chief Economist Goldman Sachs Group di London.

"Pertumbuhan ekonomi dunia akan mencapai titik terendah sejak 2002," tandas O'Neill. Cilaka!!

Sayang, untuk mereka yang anti kapitalisme, subprime mortgage masih jauh dari kejatuhan kapitalisme. Peristiwa kredit macet itu hanyalah riak kecil dari koreksi kapitalisme. Yang sedikit realistis bisa jadi akan mengangguk dengan pendapat dan prediksi dari Friedrich August von Hayek, tokoh neo liberal asal Vienna, Austria, itu.

Hayek menyatakan, kapitalisme akan terus maju bergerak. Di antara pergerakan itu, kapitalisme selalu mengoreksi dirinya sendiri. Secara terus menerus. Dan krisis subprime mortgage itu, kini salah satu cirinya.

Krisis kredit macet perumahan kelas kambing itu, masih belum masuk dalam kategori kontradiksi-kontradiksi dalam tubuh kapitalisme sendiri. Dan dengan pertentangan itu, kapitalisme belum akan menghancurkan dirinya sendiri, seperti ramalan Karl Marx, tokoh sosialis dan komunis itu. Jadi, bagi yang masih anti kapitalisme, barangkali harus memikirkan cara baru untuk mengganti sistem yang membuat dunia jadi timpang ini: kapitalisme.

Kapitalisme agaknya belum akan mati. Bisa jadi, kapitalisme adalah ranah terakhir sejarah manusia. “The End of History”, kata Francis Fukuyama.

Yang perlu diwaspadai di depan mata sekarang adalah, resesi dan riak dari sistem kapitalisme itu sendiri. Sekali lagi, "Pertumbuhan ekonomi dunia akan mencapai titik terendah sejak 2002," ujar Jim O'Neill. Waspadalah!! Waspadalah!!

Jakarta, 6 Juni 2008

Pukul 15.00 WIB

Silakan klik http://bungapadangilalang.blogspot.com

0 komentar:

Copyright 2009 | Bunga Padang Ilalang Theme by Cah Kangkung | supported by Blogger