Selalu Ada Harapan Esok Pagi

SELAMAT DATANG
DI BLOG KULO

Search

Salam

Sejarah selalu terkendala oleh ruang dan waktu. Masa lalu, bisa ditilik dengan terang benderang di masa kini. Masa depan, hanya diperkirakan tapi tak bisa dipastikan.

Masa lalu, selalu ada distorsi. Sebabnya, tafsir mengambil tempatnya sendiri-sendiri. Karenanya, satu-satunya jalan agar sejarah masa kini tak membelot di masa depan, adalah dengan cara mendokumentasikannya.

Masa kini, di masa depan akan menjadi masa lalu. Dus, rekamlah sejarah yang sedang kau alami sekarang. Sekecil apapun, di masa depan akan sangat berharga. Kita tak pernah tahu, di masa depan yang sekarang kita sebut sebagai kertas atau pulpen, masih disebut sebagai kertas atau pulpen atau tidak. Atau bisa jadi bernama sama, tapi berbeda bentuk.

Mari, sodara-sodara, rekamlah sejarah yang sedang kau jalani.

Salam


Minggu, 01 Juni 2008

Minyak dan Konflik Peradaban

Minyak dan Konflik Peradaban
Danto (http://bungapadangilalang.blogspot.com)

Petaka itu datang bergelombang-gelombang ke seluruh jagat. Menelusup ke seluruh pelosok bumi. Dunia sudah jadi kampung global. Semua terjadi saling terpaut. Krisis subprime mortgage alias kredit macet perumahan kelas kambing medio 2007, nun jauh di Amerika sono, juga tampak di depan mata kini. Amerika di ambang resesi.

Yang pesimistis bilang, pusat sistem ekonomi dunia itu sebentar lagi menunggu kejatuhannya. Kapitalisme diambang kehancuran. Yang optimistis menyatakan, kapitalisme sekali lagi mengalami koreksi. Dan, semua pasti merembet ke sini. Ke hadapan kita. Duh, Gusti!!

International Monetary Fund (IMF) akhir April 2008 lalu menyebut, kerugian akibat krisis perumahan kelas kambing tersebut, yang menimpa sejumlah institusi keuangan global, sungguh membuat dahi mengkerut: mencapai US$ 948 miliar. Atau Rp 8.816,400 triliun. Hanya dalam setengah tahun, dana super jumbo itu menguap. Wuzzz!!!

Indonesia juga kena dampak. Krisis itu yang membuat bursa lokal ikut-ikutan terjun bebas. Dalam empat bulan pertama 2008, kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia anjlok Rp 344 triliun atau 17,89%. Dari Rp 1.923 triliun pada akhir 2007, menjadi Rp 1.579 triliun per April 2008.

Para pemain saham dan para spekulan, dugaan kuatnya, kemudian lebih memilih bermain aman. Salah satunya dengan membelanjakan segudang duitnya untuk berjudi dengan minyak. Petaka pun makin bergejolak-gejolak.

Harga minyak dunia akhir Mei 2008 ini sempat menyentuh level US$ 135 per barel. Tertinggi sepanjang sejarah. Padahal, pada 1970, mulainya internasionalisasi minyak, harganya masih US$ 1,8 per barel. Kini, harga sudah meroket 75 kali lipat. Atau melonjak 7.500%, hanya dalam tempo 38 tahun. Dan harga minyak tak akan berhenti di situ. Sebentar lagi tembus US$ 200 per barel. Bahkan, bisa jadi bakal jauh lebih tinggi. Duh!!

Dunia sungguh aneh. Manusia serakah. Siapa untung? Siapa buntung? Ya, perjalanan kehidupan dan keinginan manusia seperti meroketnya harga minyak. Semakin tinggi. Semakin memuncak.
Semua akibat keserakahan dan ulah umat manusia sendiri. Tengok saja, pada 1973, tiga tahun setelah patokan awal itu, harga minyak sudah US$ 10 per barel. Pemicunya: lagi-lagi ulah serakah peradaban manusia: perang Arab-Israel pada Oktober 1973.

Revolusi Iran, pada 1979 itu, menyebabkan harga minyak kembali melonjak US$ 20 per barel. Dan, minyak kembali terbakar. Harganya, pada 1981 menyentuh US$ 39 per barel. Pemicunya, lagi-lagi keserakahan peradaban manusia: perang Iran-Irak.

Memasuki era milenium, minyak masih saja berkobar-kobar. Pada Agustus 2005, harga minyak naik lagi menjadi lebih dari US$70. Karena manusia lagi? Aha… Kali ini terpicu oleh amukan alam. Barangkali sang penguasa dunia mulai murka. Itu barangkali, lo. Badai Katrina, yang kemudian terkenal dengan sebutan Katrinagate di Teluk Meksiko, menghancurkan sebagian besar instalasi minyak lepas pantai kawasan tersebut. Harga minyak pun terkerek.

Harga minyak mulai menggapai puncaknya di atas US$ 100 per barel memasuki 2008 ini. Tepatnya mulai 2 Januari lalu. Penyebabnya, lagi-lagi karena ulah manusia sendiri: kerusuhan di Nigeria, stabilitas di Pakistan, dan masalah pasokan di pasar utama Amerika Serikat, juga ulah para spekulan.

Di empat bulan pertama tahun tikus ini, harga minyak terus saja menanjak. Pekan lalu, harganya menyentuh US$ 135 per barel. Tertinggi sepanjang sejarah. Penyebab utamanya beragam. Mulai dari memanasnya –lagi-lagi-- ulah spekulasi akibat melemahnya nilai tukar dolar Amerika Serikat, cadangan minyak Amerika Serikat turun, hingga melonjaknya permintaan China. Negeri Tirai Bambu itu butuh minyak lebih lantaran mau hajatan besar: Olimpiade 2008.

Pertanyaannya kemudian: sampai kapan harga minyak akan berhenti mencapai puncak tertinggi? “How Can You Thrive When Oil Cost $200 a Barrel”. Demikian Stephen Leeb PhD. dan Glen Strathy dalam buku mereka pada 2006 lalu. Ketika mereka menulis buku itu, harga minyak sudah di atas US$ 70 per barel. Ya, mereka menyebut harga minyak bisa tembus US$ 200 per barel.

Tertawa. Bisa jadi itu yang keluar dari para pelaku minyak ketika keduanya menulis itu. Soalnya, tanda-tanda harga minyak bakal terus berkobar, masih samar-samar. Namun siapa sangka, hanya beberapa tahun saja, ramalan itu hampir mendekati kenyataan.

Di posisi mana harga minyak akan bertahta? Kalau perbandingannya adalah lonjakan minyak dari 1970 sampai saat ini sebesar 75 kali, kita bisa jadi bakal terbengong-bengong. Dengan patokan harga lonjakan sebesar itu, berarti dalam 38 tahun mendatang, atau pada 2046, harga minyak sudah menyentuh US$ 10.125 per barel. Duh, Gusti!!!

Angka ekstrem itu tentu saja jika faktor pengalinya berdasarkan patokan US$ 135 per barel, harga saat ini, dikali 75 kali. Tapi hitungan yang realistis akan tak sebesar itu. Jika patokannya harga minyak pada 1970 sebesar US$ 1,8 per barel dan kini, setelah 38 tahun, harganya sudah menjadi US$ 135 per barel, maka kenaikan rata-rata harganya US$ 4 per tahun.

Dus, dengan demikian, jika mengacu rata-rata kenaikan harga minyak US$ 4 per barel dikali 38 tahun mendatang atau pada 2046, artinya harganya akan bertambah US$ 152 per barel. Dengan patokan harga saat ini yang sebesar US$ 135 per barel, maka harga minyak pada 2046 sebesar US$ 287 per barel.

Tentu saja, itu angka khayalan. Hanya, jika konflik-konflik antar manusia --plus ulah jejingkrakan para spekulan-- tak juga selesai, bisa jadi hal itu menjadi kenyataan. Dan tanda-tanda konflik belum juga selesai. Amerika Serikat, sebagai poros ekonomi dunia, kini masih berseteru dengan “Poros Setan”, yang salah satu anggotanya adalah Iran, produsen andalan minyak dunia kini. Konflik Irak belum selesai. Juga di Nigeria.

Di luar sisi manusia, minyak adalah sumber daya yang tidak bisa diperbarui. Mari sedikit berargumentasi secara teoritis. Kajian M. King Hubbert, ahli geofisika yang memperkenalkan Hubbert Peak, meramal, persediaan minyak dunia akan habis beberapa puluh tahun lagi.

Pada tahun 1956, Hubbert memperkirakan, produksi minyak di Amerika Serikat akan mencapai puncaknya pada 1970. Dan, terbukti. Pada tahun 1971, menjadi waktu puncak produksi minyak Abang Sam. Hubbert memprediksi, cadangan minyak Amerika Serikat akan habis pada akhir abad ke-21.

Pada tahun 1971, Hubbert, yang kontroversial itu, kembali mencoba meramal puncak produksi minyak. Kali ini ramalan produksi minyak dunia. Puncak produksi dunia, kata dia, akan terjadi pada tahun 1995-2000. Hasil prediksi ini kemudian kontroversial. Yang tidak sepakat, menyebut bahwa cadangan dunia masih akan terus bertambah. Yang sepakat, bilang bahwa cadangan minyak dunia sudah melandai.

Boleh saja ada yang bilang prediksi Hubbert meleset. Tapi tengoklah hasil kajian Center for Global Energy Studies (CGES) yang dipublikasikan Agustus 2007 lalu. Mereka menyebut, cadangan minyak dunia pada tahun 2007 sudah merosot hingga 200 juta barel.

Association for the Study of Peak Oil and Gas (ASPO) adalah salah satu organisasi yang percaya Hubbert Peak terjadi dalam beberapa puluh tahun mendatang. Hubbert Peak, menurut ASPO, diprediksikan akan terjadi paling cepat tahun 2007, sesuai prediksi Colin Campbell dari ASPO, dan paling lama sekitar tahun 2050 (prediksi Exxonmobil, OPEC dan EIA).

Itu di tingkat dunia. Bagaimana dengan Indonesia? Produksi minyak dalam negeri ternyata sudah melandai dalam beberapa puluh tahun terakhir. Menurut BP, dalam publikasi berjudul “Statistical Review of World Energy 2005″, produksi minyak tertinggi Indonesia terjadi pada tahun 1977. Rata-rata produksinya sebesar 1,685 juta barrel/hari. Setelah itu, produksi minyak Indonesia tidak pernah lagi mencapai angka tersebut.

Pada tahun 2004, produksi minyak Indonesia hanya sebesar 1,126 juta barrel/hari. Angka ini sudah berada di bawah konsumsi BBM Indonesia yang jumlahnya sebesar 1,150 juta barrel/hari. Dan jumlahnya terus melorot. Untuk tahun 2008 ini, pemerintah menargetkan hanya mampu memproduksi 927.000 barel per hari.

Nah, jika patokannya stok minyak dunia yang terus melorot, sangat mungkin terjadi harga minyak akan terus melambung. Bagaimana dengan hitung-hitungan saya tadi yang sebesar US$ 287 per barel pada 2046? Bisa masuk akalkah? Atau mau yang sangat ekstrem dengan besaran US$ 10.125 per barel yang entah berapa puluh atau ratus tahun lagi? Mungkinkah?

Tak terbayangkan bagaimana kisruhnya dunia jika itu terjadi. Dengan harga US$ 135 per barel saja, Indonesia sudah kelabakan. Pemerintah menaikkan harga BBM subsidi sebesar 28,7% pada 25 Mei lalu. Banyak yang memperkirakan, dengan kenaikan harga BBM sebesar 28,7% itu, kemiskinan akan bertambah tiga juta orang dari saat ini.

Padahal, menurut survei terakhir Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2007 sebanyak 37,17 juta atau sebanyak 16,58% dari jumlah penduduk Indonesia. Dengan kenaikan harga BBM yang baru, berarti penduduk miskin Indonesia saat ini sejumlah 20,17 juta.

Dus, bagaimana jika harga BBM dunia melonjak di angka US$ 287 per barel, atau yang sangat ekstrem US$ 10.125 per barel? Tak terbayangkan bagaimana kondisi dunia ini. Kacau balau. Terlebih Indonesia. Ihhhh….ngeri… Mari, segeralah bertindak. Selamatkan bumi dan peradaban manusia!! Agar petaka tidak terus datang bergelombang-gelombang.

Jakarta, 1 Juni 2008
20.20 WIB

0 komentar:

Copyright 2009 | Bunga Padang Ilalang Theme by Cah Kangkung | supported by Blogger