Selalu Ada Harapan Esok Pagi

SELAMAT DATANG
DI BLOG KULO

Search

Salam

Sejarah selalu terkendala oleh ruang dan waktu. Masa lalu, bisa ditilik dengan terang benderang di masa kini. Masa depan, hanya diperkirakan tapi tak bisa dipastikan.

Masa lalu, selalu ada distorsi. Sebabnya, tafsir mengambil tempatnya sendiri-sendiri. Karenanya, satu-satunya jalan agar sejarah masa kini tak membelot di masa depan, adalah dengan cara mendokumentasikannya.

Masa kini, di masa depan akan menjadi masa lalu. Dus, rekamlah sejarah yang sedang kau alami sekarang. Sekecil apapun, di masa depan akan sangat berharga. Kita tak pernah tahu, di masa depan yang sekarang kita sebut sebagai kertas atau pulpen, masih disebut sebagai kertas atau pulpen atau tidak. Atau bisa jadi bernama sama, tapi berbeda bentuk.

Mari, sodara-sodara, rekamlah sejarah yang sedang kau jalani.

Salam


Selasa, 20 Mei 2008

Hati-Hati Iklan Promosi Tarif Murah!!

Danto

Cermat Dahulu, Baru Bicara

Operator telekomunikasi mengotak-atik tarif bicara“Obral” harga tarif percakapan

Jakarta. Persaingan bisnis percakapan telepon seluler naga-naganya bakal semakin ketat. Sejumlah operator telekomunikasi pasang kuda-kuda untuk mengotak-atik tarif pembicaraan. Beberapa operator berpromosi tarif barunya lebih murah dibandingkan tarif lama mereka.

“Obral” harga tarif percakapan

Saat ini, pasar telekomunikasi di Indonesia masih tergolong bayi. Peluang untuk meningkatkan omset pun menganga lebar. Kendati demikian, beberapa jawara lama masih tetap bercokol.

Di pasar telepon seluler, misalnya, Telkomsel masih tetap menduduki posisi pertama, dengan pelanggan sebanyak 30 juta konsumen. PT Indosat ada di tangga kedua dengan memiliki 13 juta pelanggan. Berikutnya adalah Exelcomindo (9,5 juta) dan Esia (1,5 juta).

Namun persaingan di pasar seluler masih jauh dari usai. Potensi pasar seluler masih gemuk, mengingat jumlah pelanggan seluler tak sampai separuh dari jumlah penduduk. Berdasar data Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia (BRTI), saat ini tercatat 62 juta pelanggan telepon seluler.

Di pasar telepon tetap, yang kadang disebut fixed line, situasi setali tiga uang dengan pasar seluler. Pemain lawas, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom), masih mengantongi pangsa pasar terbesar. Telkom saat ini memiliki pelanggan sebanyak 8,5 juta.

Karena potensi pasar masih besar, tak heran bila operator tancap gas berebut pelanggan. Di pasar seluler, misalnya, PT Exelcomindo meluncurkan program percakapan di udara dengan mengubah perhitungan berdasarkan durasi waktu untuk jenis kartu XL Bebas. Program ini berlangsung sejak 10 Februari lalu dan berakhir Juni mendatang.

Iming-iming yang ditawarkan XL Bebas lumayan menggiurkan. Percakapan tak lagi dihitung berdasarkan waktu tiap 30 detik dengan tarif Rp 750. Namun biaya percakapan dihitung per satu detik dengan tarif Rp 25.

Gambaran sederhananya begini, dengan sistem lama, jika Anda menelepon relasi dan berhenti pada detik pertama, maka beban biaya yang harus dibayar berdasarkan tarif waktu tiap 30 detik sebesar Rp 750. “Tapi dengan program ini, pada kasus itu tarifnya hanya Rp 25,” kata Manajer Produk XL Bebas, Riza Rachmadsyah, kepada Kontan.

Anak perusahaan Telkom, PT Telkomsel, langsung bereaksi terhadap langkah pesaingnya. Telkomsel bakal menurunkan tarif sebesar lima persen pada tahun ini.

Pemain seluler yang lain, Indosat, tak mau kalah jurus. Indosat bakal meluncurkan paket hemat untuk menggaet pelanggan di kelas bawah. “Setiap pemakaian pulsa sekian akan dapat bonus tertentu,” kata Auliana, juru bicara Indosat.

Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Heru Sutadi, mengingatkan, konsumen jangan serta merta terpesona dengan harga murah yang dipromosikan operator. Ambil contoh promosi harga versi XL. Jika ditelisik lebih jauh, sebetulnya kedua perhitungan tarif itu akan menghasilkan jumlah yang sama. Coba kalikan Rp 25 dengan 30 detik, hasilnya Rp 750 bukan? “Konsumen juga harus kritis,” kata Heru.

Basis perhitungan “hemat” ini tak hanya monopoli para pemain seluler. PT Telkom yang menguasai pasar fixed line domestik memakai jurus yang sama. Telkom mengubah sistem penghitungan tarif telepon lokal untuk layanan telepon tetap. Semula, Telkom bakal memberlakukan struktur tarif baru pada awal Februari ini.

Namun rencana itu tertunda karena BRTI meminta Telkom untuk mensosialisasikan tarif baru terlebih dahulu. Dalam struktur tarif yang baru, Telkom meniadakan pembagian lokasi dan waktu bicara untuk tarif percakapan lokal. Tarif percakapan langsung dihitung Rp 250 per dua menit pertama. Untuk menit selanjutnya, biaya percakapan adalah Rp 125 per menit. Sebelumnya, Telkom menghitung biaya percakapan lokal berdasarkan satuan pulsa, yang berkisar antara 1,5 menit-3 menit.

Dipublikasikan di Harian Bisnis dan Investasi KONTAN, Maret 2007

0 komentar:

Copyright 2009 | Bunga Padang Ilalang Theme by Cah Kangkung | supported by Blogger